Minggu, 11 Desember 2011

gmni sebagai gerakan yang pro rakyat

sehubungan dengan akan digelarnya kaderisasi tingkat dasar (KTD) komisariat UIM & FKIP oleh gerakan mahasiswa nasional indonesia(GmnI) dengan beberapa pemikiranyasebangai berikut


I. DASAR PEMIKIRAN

Kalau kita mau memiliki terhadap sejarah bangsa baik pada sebelum kemerdekaan ataupun masa-masa kemerdekaan telah tercatat dalam sejarah nasional bahwa pelaku utama dan penggerak perubahan yang ada digaris terdepan adalah mahasiswa dalam rangka mewujudkan arah bangsa ke arah yang lebih maju.
Selain itu mahasiswa juga diharapkan mampu menjadi Uswatun Hasanah untuk dijadikan tolak ukur dan melakukan proses pendidikan yaitu sebagai penyambung lidah dalam Transfer of Knowledge dan Transfer of Value sehingga nantinya betul-betul bagi bangsa, negara dan agama.
Namun yang perlu diperhatikan lagi sekarang masihkah Mahasiswa layak menyandang predikat agent perubahan dan pengontrol? memang kita akui bahwa tugas besar itu kadang tidak pernah menjadi perhatian dan beban mental untuk pemenuhan dan pencapaian tugas itu, sehingga seringkali mahasiswa kehilangan identitas dan jati dirinya untuk memformat dirinya sebagai pelaku perubahan tidak adanya idialisme yang baik dan buramnya cita-cita mungkin menjadi salah satu jawaban yang mendasar terhadap fenomena mahasiswa dewasa ini, bahkan yang terjadi dewasa ini adalah mahasiswa yang suka berkelahi, pecundang, pengangguran, perusak (distroyer) dan inkonstitusional.
Kalau hal itu terjadi maka permasalahannya yang cukup besar ini akan terus bermuara pada posisi mahasiswa sebagai objek dari perubahan dan bukan subjek dari perubahan, alangkah naifnya kalau semua mahasiswa Indonesia punya karakteristik seperti itu dan tentu saja negara besar ini akan mengalami devisit kader-kader yang mempunyai faham nasionalisme yang begitu respek dalam segala dialektika perubahan yang semestinya menjadi aset-aset terbesar malah menjadi komprador bangsa.
Oleh karena itu mencermati hal di atas, Gmnl DPC Pamekasan, Komisariat UIM dan FKIP Universitas Islam Madura (UIM) merasa perlu untuk mencetak kader-kader ideologis, progresif revolusioner dan berkepribadian dengan mengadakan kderisasi tingkat dasar (KTD) dengan harapan dapat menjadikan mahasiswa mempunyai wawasan kemahasiswaan dan kebangsaan guna memimpin jalannya revolusi dalam upaya mewujudkan sosialisme Indonesia. Sehingga tercapai masyarakat adil dan makmur.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Sebagai mahasiswa yang mempunyai kepedulian terhadap perkembangan Negara Indonesia kami bermaksud mengadakan Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD) dan MUSKOM Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Pamekasan Kom. UIM dan FKIP Universitas Islam Madura (UIM) mencari kader-kader idiologis, progresif, dan mempunyai wawasan kebangsaan yang nantinya memberikan sumbangan pemikiran terhadap bangsa Indonesia agar tercipta iklim keadilan, demokrasi dan kemakmuran bagi rakyat Indonesia.

III. LANDASAN KEGIATAN
  1. Pancasila dan UUD 45.
  2. AD/ART Gmnl
  3. Rapat koordinasi bersama antar semua pengurus Gmnl cabang Pamekasan Komisariat UIM dan FKIP Universitas Islam Madura (UIM)
  4. Rapat tindak lanjut

IV. NAMA DAN TEMA KEGIATAN
Kegiatan ini bernama Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD) dengan tema”Dengan KTD kita Bentuk Kader bermintal Patriotis Dan Berjiwa Nasionalis”

V. WAKTU DAN TEMPAT KEGIATAN
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada:
Hari : Jumat - Senin
Tanggal : 23 -26 Desember 2011
Tempat : Karduluk, Sumenep

VI. KEPANITIAAN
Kepanitian terdiri dari Mahasiswa dilingkungan Gmni DPC Pamekasan Kom. UIM dan FKIP Universitas Islam Madura (UIM) sebagaimana terlampir

MB; untuk formuulir pendaftaran bisa ambil di kampus UIM

Read more »

Sabtu, 03 Desember 2011

Celurit Di Pertuhankan


Kapan Celuritku tak bersembah darah
Kapan Celuritku tak terasah Air Mata
Kapan dan terus kapan
Kulihat Celurit di agungkan
Terpampang di dinding penuh kebanggaan
Laksana Tuhan yang di agungkan
Seakan di ujung Celurit nyawa di letekkan
Bentuk tanda tanya
Bukan berarti tanya Ajal
Namun goresan Takdir dan Ajal
Tertoreh di tangan Tuhan
Saat Celurit dipertuhankan
Darah sana sini berceceran
Seakan hidup penuh tangisan
Pertumpahan darah jadi kebanggaan
Bukan ini yang kuharapkan
Tapi perdamaian
Biarkan celurit tinggal sebuah nama
Yang tak melibatkan kematian

Read more »

Rabu, 30 November 2011

Tempat-Tempat Wisata di Pulau Madura


Berikut ini saya akan memberikan daftar tempat-tempat wisata yang ada di Madura. Khususnya di daerah pamekasan.
  • Api Abadi atau Api Tak kunjung Padam, (Lebih menarik saat Malam dengan bara Apinya dan pernah menjadi tempat pengambilan API PON (Pekan Olaharaga Nasional) tahun 1992 )
  • Makam para Raja dan Ulama ( makam Keramat Pasarean Batu Ampar )
  • Pantai Talang Siring, dengan potensi hasil lautnya berupa ikan teri, petis, dan rumput laut yang menjanjikan ( Masih Perawan Tuh..setiap harinya banyak pengunjung)
  • Pantai Jumiang ( ini juga masih Perawan, belum ada Perusahaan Pengembang yang menjamahnya, ” Anda Mau jadi pengembangannya ? ” )
  • Goa Gentong ( terdapat lembah Ngarai di luarnya; STALAGTIT dan STALAGMIT di dalam Goa nya, bentuknya kayak gentong )
  • Arena Pancing di Pelabuhan Branta ( Tlanakan, bagi anda yang suka atu hoby memancing )
  • Bumi Perkemahan dan Agro Wisata di Perbukitan Waru Timur (pagentanan)
  • Monumen Arek Lancor (Di malam hari (terletak di pusat kota/Alun-alun Kota Pamekasan, tugu berbentuk “Arek” (clurit))
  • Vihara Avalokitesvara(Vihara Terbesar Kedua di Pulau Jawa (terletak di Kecamatan Galis, berdekatan dengan pantai Talang Siring)
by: syahrul m4454kat

Read more »

Minggu, 27 November 2011

kerapan cow madura


         As well as the Sate Madura and its salts, Madura Island has a lot of cultures that is still preserved. One is the tradition Karapan cow which is the term given to the race race cows. Karapan cows existed before the XV century AD.
In this race, which attracted such a pair of cows from the wood rail (where the jockey standing and controlling the cow pair) driven in the race to race against other pairs of cattle. The track races are usually about 100 yards and races can last about ten to fifteen seconds.

         Karapan cow is a prestigious event for the people of Madura, karapan cattle owners will feel uplifted when the social status of the cow can be a champion. Ruminant animals is also used as an investment tool than gold and money. Not surprisingly, when the owners of cattle karapan will exert all the efforts to make the cows to be a winner in every season karapan. Just to note, most of the island cow karapan Sapudi [read: Athletes at the Feast Beef Karapan]. Since the first, a small island located in the eastern tip of the island of Madura were indeed seeds cow barn.
         Championship starting from district level proceed to the district level and forwarded to the level of Karisidenan. Several cities in Madura held karapan cows in August and September each year, with the final at the end of September or October in the city competing for the trophy Pamekasan President.
Kerapan cows preceded by pairs of cows parading around the racetrack to the accompaniment of gamelan saronen called Madura. It's really fun, especially the music of seronen accentuate the sound mix drums, trumpets, and gongs accompanied the dance of his players. The musicians seronen is deliberately hired by the owners of cattle. Especially to encourage members of the contingent and the cows before karapan begins.








Read more »

Minggu, 06 November 2011

pamekasan kota batik (penyumas desa batik)



  Banyumas adalah perkampungan yang ada di kecamatan proppo kabupaten pamekasan, kampung ini juga dikenal dengan kampung batik,karna hampir dari semua penduduknya adalah pembuat batik
batik adalah salah satu warisan budaya indonisia yang harus kita jaga dan kita lestarikan jangan sampai diambil oleh negeri lain seperti kejadian yang kemarin budaya kita yaitu batik diakui oleh negara tetangga yaitu malasia mereka meng klaem bahwa batik adalah budaya mereka.oleh karena itu kita para generasi muda harus menjaga warisan budaya agar negara lain tidak bisa mengambil warisan negeri kita ini.
langkah pertama sudah dilakukan oleh desa banyumas yang sudah menjaga budaya batik yang sudah diwariskan turun temurun dari nenek muyangn mereka dan selanjutnya giliran kalian......!
tidak sedikit peminat dari batik banyumas bahkan ada yang dari luarkota dan luar negeri yang rela jauh jauh datang ke pamekasan untuk membei batik banyumas selain harganya lebih murah juga kualitas batiknya tidak diragukan lagi.........!

Read more »

Selasa, 01 November 2011

Teks Pidato Bung Karno (1 Juni 1945) - Bagian Satu

Ditulis ulang : syahrul munir

Satu kelebihan para founding fathers ..... keluasan wawasan dan bacaan mereka. Bacaan yang multikultural dan multi ideologi, membuat mereka tidak terjebak secara fanatik pada satu ideologi dan kultur saja. Sesuatu yang sulit dicari pada figur belakangan ini (Taufik Abdullah)

Paduka tuan Ketua yang mulia! Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pula pendapat saya. Saya akan menepati permintaan Paduka tuan Ketua yan mulia. Apakah permintan Paduka tuan Ketua yang mulia? Paduka tuan Ketua yang mulia minta kepad sdang Dkuritsu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nati akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini. Maaf, beribu maaf! Banyak anggota telah berpidato, dan dalam pidato mereka itu diutarakan hal-hal yang sebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketua yang Mulia, yaitu bukan dasarnya Indonesia Merdeka. Menurut anggapan saya, yang diminta oleh Paduka Tuan Ketua yang mulia ialah, dalam bahasa Belanda: “Philosofische grondslag itulah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa hasrat yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan gedung Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi. Hal ini nanti akan saya kemukakan: Paduka tuan Ketua yang mulia, tetapi lebih dahulu izinkanlah saya membicarakan, memberitahukan kepada tuan-tuan sekalian, apakah yang saya artikan dengan perkataan “merdeka”. Merdeka buat saya ialah “political independence”, politieke onafhankelijkheid. Apakah yang dinamakan politieke onafhankelijkheid?

Tuan-tuan sekalian! Dengan terus-terang saja saya berkata: Tatkala Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai akan bersidang, maka saya, di dalam hati saya banyak khawatir, kalau-kalau banyak anggota yang saya katakan di dalam bahasa asing, maafkan perkataan ini “zwaarwichtig” akan perkara yang kecil-kecil “Zwaarwichtig” sampai kata orang Jawa “jelimet”. Jikalau sudah membicarakan hal yang kecil-kecil sampai jelimet, barulah mereka berani menyatakan kemerdekaan. Tuan-tuan yang terhormat! Lihatlah di dalam sejarah dunia, lihatlah kepada perjalanan dunia itu.

Banyak sekali negara-negara yang merdeka, tetapi bandingkanlah kemerdekaan negara-negara itu satu sama lain! Samakah isinya, samakah derajatnya negara-negara yang merdeka itu? Jermania merdeka, Saudi Arabia merdeka, Iran merdeka, Tiongkok merdeka, Nippon merdeka, Amerika merdeka, Inggris merdeka, Rusia merdeka, Mesir merdeka. Namanya semuanya merdeka, tetapi bandingkanlah isinya! Alangkah berbedanya isi itu! Jikalau kita berkata: Sebelum Negara merdeka, maka harus lebih dahulu ini selesai, itu selesai, itu selesai, sampai jelimet! Maka saya bertanya kepada tuan-tuan sekalian kenapa Saudi Arabia merdeka, padahal 80% dari rakyatnya terdiri kaum Badui, yang sama sekali tidak mengerti hal ini atau itu. Bacalah buku Amstrong yang menceritakan tentang Ibn Saud! Di situ ternyata bahwa tatkala Ibn Saud mendirikan pemerintahan Saudi Arabia, rakyat Arabia sebagian besar belum mengetahui bahwa otomobil perlu minum bensin. Pada suatu hari otomobil Ibn Saud dikasih makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi Arabia itu! Toh Saudi Arabia merdeka.

Lihatlah pula jikalau tuan-tuan kehendaki contoh yang lebih hebat Sovyet Rusia! Pada masa Lenin mendirikan Negara Sovyet adakah rakyat Sovyet sudah cerdas? Seratus lima puluh milyun rakyat Rusia, adalah rakyat Musyik yang lebih daripada 80% tidak dapat membaca dan menulis; bahkan dari buku-buku yang terkenal dari Leo Tolstoi dan Fulop Miller, tuan-tuan mengetahui betapa keadaan rakyat Sovyet Rusia pada waktu Lenin mendirikan negara Sovyet itu. Dan kita sekarang di sini mau mendirikan negara Indonesia Merdeka. Terlalu banyak macam-macam soal kita kemukakan! Maaf, PT Zimukyokutyoo! Berdirilah saya punya buku, kalau saya membaca tuan punya surat, yang minta kepada kita supaya dirancangkan sampai jelimet hal ini dan itu dahulu semuanya! Kalau benar semua hal ini harus diselesaikan lebih dulu, sampai jelimet, maka saya tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, tuan tidak akan mengalami Indonesia Merdeka, kita semuanya tidak akan mengalami Indonesia merdeka, sampai di lobang kubur! (tepuk tangan riuh)

Saudara-saudara! Apakah yang dinamakan merdeka? Di dalam tahun 33 saya telah menulis satu risalah. Risalah yang bernama “Mencapai Indonesia Merdeka”. Maka di dalam risalah tahun 33 itu, telah saya katakan, bahwa kemerdekaan, politike onafhankelijkheid, political independence, tak lain dan tak bukan, ialah suatu jembatan, satu jembatan emas. Saya katakan di dalam kitab itu, bahwa di seberangnya jembatan itulah kita sempurnakan kita punya masyarakat.

Ibn Saud mengadakan satu negara di dalam satu malam, in one night only! kata Amstrong di dalam kitabnya. Ibn Saud mendirkan Saudi Arabia Merdeka di satu malam sesudah ia masuk kota Riyad dengan 6 orang! Sesudah “jembatan” itu diletakkan oleh Ibn Saud, maka di seberang jembatan, artinya kemudian daripada itu, Ibn Saud barulah memperbaiki masyarakat Saudi Arabia. Orang yang tidak dapat membaca diwajibkan belajar membaca, orang yang tadinya bergelandangan sebagai nomade, yaitu orang Badui, diberi pelajaran bercocok-tanam. Nomade diubah oleh Ibn Saud menjadi kaum tani, semuanya di seberang jembatang. Adakah Lenin ketika dia mendirikan negara Sovyet Rusia Merdeka, telah mempunyai Djnepprprostoff, dan yang maha besar di sungai Djeppr? Apa ia telah mempunya radio-station, yan menyundul ke angkasa? Apa ia telah mempunyai kereta-kereta api cukup, untuk meliputi seluruh negara Rusia? Apakah tiap-tiap orang Rusia pada waktu Lenin mendirikan Sovyet Rusia Merdeka telah dapat membaca dan menulis?

Tidak, tuan-tuan yang terhormat! Di seberang jembatan emas yang diadakan oleh Lenin itulah, Lenin baru mengadakan radio-station, baru mengadakan sekolahan, baru mengadakan Greche, baru mengadakan Djnepprprostoff! Maka oleh karena itu saya minta kepada tuan-tuan sekalian, janganlah tuan-tuan gentar di dalam hati, janganlah mengingat bahwa ini dan itu lebih dulu harus selesai dengan jelimet, dan kalau sudah selesai, baru kita dapat merdeka. Alangkah berlainannya tuan-tuan punya semangat, jikalau tuan-tuan demikian, dengan semangat pemuda-pemuda kita yang 2 milyun banyaknya. Dua milyun pemuda ini menyampaikan seruan pada saya, 2 milyun pemuda itu semua berhasrat Indonesia Merdeka Sekarang!!! (Tepuk tangan riuh).

Saudara-saudara, kenapa kita sebagai pemimpin rakyat, yang mengetahui sejarah, menjadi zwaarwichtig, menjadi gentar, padahl semboyan Indonesia Merdeka bukan sekarang saja kita siarkan? Berpuluh-puluh tahun yang lalu, kita telah menyiarkan semboyan Indonesia Merdeka, bahkan sejak tahun 1932 dengan nyata-nyata kita mempunyai semboyan “INDONESIA MERDEKA SEKARANG”. Bahkan 3 kali sekarang, yaitu Indonesia Merdeka Sekarang, sekarang, sekarang! (Tepuk tangan riuh). Dan sekarang kita menghadapi kesempatan untuk menyusun Indonesia Merdeka, kok lantas kita zwaarwichtig dan gentar-hati! Saudara-saudara, saya peringatkan sekali lagi, Indonesia Merdeka, political Independence, politieke onafhankelijkheid, tidak lain dan tidak bukan ialah satu jembatan! Jangan gentar! Jikalau umpamanya kita pada saat sekarang ini diberikan kesempatan oleh Dai Nippon untuk merdeka, maka dengan mudah Gunseikan diganti dengan orang yang bernama Tjondro Asmoro, atau Soomubutyoo diganti denga orang yang bernama Abdul Halim. Jikalau umpamanya Butyoo-Butyoo diganti dengan orang-orang Indonesia, pada sekarang ini, sebenarnya kita telah mendapat political independence, politieke onafhankelijkheid, in one night, di dalam satu malam!

Saudara-saudara, pemuda-pemuda yang 2 milyun, semuanya bersemboyan: Indonesia Merdeka, sekarang! Jikalau umpamanya Balatentara Dai Nippon sekarang menyerahkan urusan negara kepada saudara-saudara, apakah saudara-saudara akan menolak, serta berkata mangke rumiyin, tunggu dulu, minta ini dan itu selesai dulu, baru kita berani menerima urusan negara Indonesia Mereka? (Seruan audiens: Tidak! Tidak!). Saudara-saudara, kalau umpamanya pada saat sekarang ini Balantentara Dai Nippon menyerahkan urusan negara kepada kita, maka satu menit pun kita tidak akan menolak, sekarang pun kita menerima urusan itu, sekarang pun kita mulai dengan negara Indonesia yang Merdeka! (Tepuk tangan audiens menggemparkan).

Saudara-saudara, tadi saya berkata, ada perbeaan antara Sovyet Rusia, Saudi Arabia, Inggris, Amerika dan lain-lain tentang isinya: tetapi ada satu yang sama, yaitu rakyat Saudi Arabia sanggup mempertahankan negaranya. Musyik-musyik di Rusia sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat Amerika sanggup mempertahankan negaranya. Rakyat Inggris sanggup mempertahankan negaranya. Inilah yang menjadi minimum-eis. Artinya, kalau ada kecakapan yang lain, tentu lebih baik, tetapi manakala sesuatu bangsa telah sanggup mempertahankan negaranya dengan darahnya sendiri, dengan dagingnya sendiri, pada saat itu bangsa itu telah masak untuk kemerdekaan. Kalau bangsa kita, Indonesia, walaupun dengan bambu runcing, saudara-saudara, semua siap-sedia mati, mempertahankan tanah air kita Indonesia, pada saat itu bangsa Indonesia adalah siap-sedia, masak untuk Merdeka. (Tepuk tangan riuh).

Cobalah pikirkan hal ini dengan memperbandingkannya dengan manusia. Manusia pun demikian, saudara-saudara! Ibaratnya, kemerdekaan saya bandingkan dengan perkawinan. Ada yang berani kawin, lekas berani kawin, ada yang takut kawin. Ada yang berkata Ah, saya belum berani kawin, tunggu dulu gaji f500. Kalau saya sudah mempunyai rumah gedung, sudah ada permadani, sudah ada lampu listrik, sudah mempunyai tempat tidur yang mentul-mentul, sudah mempunyai meja kursi, yang selengkap-lengkapnya, sudah mempunyai sendok garpu perak satu set, sudah mempunyai ini dan itu, bahkan sudah mempunyai kinder-uitzet, barulah saya berani kawin. Ada orang lain yang berkata: saya sudah berani kawin kalau saya sudah mempunyai meja satu, kursi empat, yaitu “meja makan”, lantas satu sitje, lantas satu tempat tidur. Ada orang yang lebih berani lagi dari itu, yaitu saudara-saudara Marhaen! Kalau dia sudah mempunyai gubug saja dengan satu tikar, dengan satu periuk: dia kawin. Marhaen dengan satu tikar, satu gubug: kawin. Sang klerk dengan satu meja, empat kursi, satu zitje, satu tempat tidur: kawin.

Sang Ndoro yang mempunyai rumah gedung, electrische kookplaat, tempat tidur, uang bertimbun-timbun: kawin. Belum tentu mana yang lebih gelukkig, belum tentu mana yang lebih bahagia, Sang Ndoro dengan tempat-tidurnya yang mentul-mentul, atau Sarinem dn Samiun yang hanya mempunyai satu tikar dan satu periuk, saudara-saudara! (tepuk tangan, dan tertawa). Tekad hatinya yang perlu, tekad hatinya Samiun kawin dengan satu tikar dan satu periuk, dan hati Sang Ndoro yang baru berani kawin kalau sudah mempunyai gerozilver satu kaset plus kinderuitzet, buat 3 tahun lamany! (tertawa).

Saudara-saudara, soalnya adalah demikian: kita ini berani merdeka atau tidak? Inilah, saudara-saudara sekalian. Paduka tuan Ketua yang mulia, ukuran saya yang terlebih dulu saya kemukakan sebelum saya bicarakan hal-hal yang mengenai dasarnya satu negara yang merdeka. Saya mendengar uraian PT Soetardjo beberapa hari yang lalu, tatkala menjawab apakah yang dinamakan merdeka, beliau mengatakan: kalau tiap-tiap orang di dalam hatinya telah merdeka, itulah kemerdekan Saudara-saudara, jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70 milyun ini lebih dulu harus merdeka di dalam hatinya, sebelum kita dapat mencapai political independence, saya ulangi lagi, sampai lebur kiamat kita belum dapat Indonesia merdeka! (tepuk tangan riuh). Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan rakyat kita! Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita! Di dalam Saudi Arabia Merdeka, Ibn Saud memerdekakan rakyat Arabia satu persatu. Di dalam Sovyet Rusia Merdeka Stalin memerdekakan hati bangsa Sovyet Rusia satu persatu. Saudara-saudara! Sebagai juga salah seorang pembicara berkata: Kita bangsa Indonesia tidak sehat badan, banyak penyakit malaria, banyak disentri, banyak penyakit hongerudeem, banyak ini banyak itu, “Sehatkan dulu bangsa kita, baru kemudian merdeka.”

Saya berkata, kalau ini pun harus diselesaikan lebih dulu, 20 tahun lagi kita belum merdeka. Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita menyehatkan rakyat kita, walaupun misalnya tidak dengan kinine, tetapi kita kerahkan segenap masyarakat kita untuk menghilangkan penyakit malaria dengan menanam ketepeng kerbau. Di dalam Indonesia Merdeka kita melatih pemuda kita agar supaya menjadi kuat, di dalam Indonesia Merdeka kita menyehatkan rakyat sebaik-baiknya. Inilah maksud saya dengan perkataan “jembatan”. Di seberang jembatan, jembatan emas, inilah baru kita leluasa menyusun masyarakat Indonesia Merdeka yang gagah, kuat, sehat, kekal, dan abadi.

Tuan-tuan sekalian! Kita sekarang menghadapi satu saat yang maha penting. Tidakkah kita mengetahui, sebagaimana telah diutarakan oleh berpuluh-puluh pembicara, bahwa sebenarnya internasionaalrecht, hukum internasional, menggampangkan pekerjaan kita? Untuk menyusun, mengadakan, mengakui satu negara yang merdeka, tidak diadakan syarat yang neko-neko, yang menjelimet, tidak! Syaratnya sekedar bumi, rakyat, pemerintah yang teguh! Ini sudah cukup untuk internasionaalrecht. Cukup, saudara-saudara. Asal ada buminya, ada rakyatnya, ada pemerintahan, kemudian diakui oleh salah satu negara yang lain, yang merdeka, inilah yang sudah bernama: Merdeka. Tidak peduli rakyat dapat baca atau tidak, tidak perduli rakyat hebat ekonominya atau tidak, tidak perduli rakyat bodoh atau pintar, asal menurut hukum internasional mempunyai syarat-syarat suatu negara merdeka, yaitu ada rakyatnya, ada buminya dan ada pemerintahannya, sudahlah ia merdeka. Janganlah kita gentar, zwaarwichtig, lantas mau menyelesaikan lebih dulu 1001 soal yang bukan-bukan! Sekali lagi saya bertanya: Mau merdeka atau tidak? Mau merdeka atau tidak? (Hadirin serempak menjawab: Mauuu!) – (Bersambung)
Sumber : Adnan Buyung Nasution (1997) & Buku Putih Setneg (1997)

Read more »

Alasan Mengapa Kita Harus Pindah Ke Linux!

Jika anda masih belum kenal apa itu , silakan membaca artikel ini sebentar. Yah setidaknya agar pemahaman kita tentang bisa berubah. Melanjutkan tulisan sebelumnya tentang pengalaman saya: Migrasi Dari Windows Ke Linux Ubuntu, kali ini saya ingin membeberkan tentang alasan lain kenapa kita harus migrasi dari windows ke linux. Ini dia…

Alasan mengapa kita harus pindah ke Linux!

1. Linux Bebas Licensi alias !!
Anda pengguna setia windows? Kemungkinan besar anda adalah seorang pencuri! Anda memaki seorang koruptor berdasi? Sebenarnya anda tak lebih baik dari seorang koruptor! Artinya anda sama-sama pencuri. Bedanya, koruptor mencuri uang rakyat dan anda adalah pencuri LICENSI dan Hak Paten. Anda tahu berapa juta harga licensi yang tertanam di komputer dan laptop anda? Windows XP mulai dari $103-$1,499. Windows 7 mulai dari $356 – $1,921.  :wowcantik
Cukup itu saja? tentu saja tidak. Anda masih membutuhkan yang berharga $223 – $1,091. Anda pemakai Adobe ? Corel Draw? ACD See? Nero Disc Burning? dan lain-lain, dan lain-lain., hitung sendiri deh berapa total biaya produk yang telah anda curi. Bayangkan jika anda punya ka‎rya cipta yang komersil kemudian karya itu di copy dan di bagikan secara gratis oleh orang lain? Bagaimana perasaan anda? Anda mungkin marah, dan rugi besar pastinya! Begitu juga dengan pemilik Licensi software yang telah anda bajak! :tabrakan:
Apa hukumnya anda bekerja dan menciptakan proyek di komputer dengan software hasil curian? Kita mungkin tak sengaja atau bahkan tak sadar akan hal itu. Tapi sekarang anda sudah tahukan apa yang seharusnya anda lakukan? (Maaf, abaikan ini jika Anda adalah pengguna yang jujur. Membeli produk softare yang original! Salut untuk Anda!) :thumbup:
Berbeda dengan OS Windows, Linux adalah Operating System yang berbasis (General Public Licensi) yakni semua turunan linux adalah gratis. :D (hanya beberapa yang komersil). Bebas di copy dan di sebarkan secara gratis. Bebas di ubah, di kembangkan dan di modifikasi sesuai keinginan anda. Tidak hanya untuk OS-nya saja, software pendukung lainnya juga bebas licensi. Anda bebas mendownload di internet, membeli CD bajakan atau mengcopy dari harddisk milik teman dan menginstalnya di komputer anda. Saya berani jamin anda tidak akan terkena tuntutan hukum hanya karena memakai produk Linux.
2. Linux Open Source.
Windows adalah software yang memiliki kode sumber yang tertutup. Maksudnya adalah kode-kode pemrograman milik windows di tutup rapat. Mereka sangat pelit dan sangat menjaga kerahasiaan sumber kode pemrogramannya. Sebenarnya ini lah salah satu rahasia dagang mereka. Tak ingin membeberkan rahasianya ke halayak umum dan tak ingin ada pihak yang menirunya.
Nah, linux adalah software yang berbasis Open Source. Dimana kode pemrogramannya bersifat terbuka. Setiap orang yang merasa menguasai pemrograman di perbolehkan mengedit ulang, memperbaharui, atau memperbagus kualitas software. Untungnya? Tentu saja, Software cepat sekali berkembang. Setiap kali ada masalah atau bug kecil akan segera di perbaiki dan di sempurnakan. Inilah kelebihan sistem operasi Linux. Karena di kembangkan dari hasil pemikiran para programer di seluruh negara. Bandingkan dengan Windows yang hanya dikerjakan oleh segelintir karyawan Bill Gates. :bingung:
3. Mengutamakan Keamanan.
Bukan hal yang baru rasanya kalau komputer kita terkena . Anda mungkin salah satu korbannya. Yah, sekalipun sudah memakai Anti dan Anti Spyware paling canggih, tetap saja bisa di bobol. Bukan hacker namanya kalau menyerah membobol sistem hanya karena anti virusnya yang canggih. Sesekali virusnya pasti lolos! Dan tentu saja, ini adalah hal yang paling menyebalkan! :nohope:
Jujur saya sudah tidak percaya dengan yang namanya ! Saya sudah coba semua jenis Antivirus terbaru mulai dari milik lokal sampai ternama sekalipun, seperti Trend Micro, Keypersky, , sampai Bitdefender semua pernah kewalahan melawan Virus jenis spyware, Malware dan Trojan. :kagets:
Coba perhatikan ini, “Seorang hacker akan terus mencari akal bagaimana caranya supaya bisa membobol suatu pertahanan sistem, sementara seorang Pencipta Anti Virus akan bekerja memperbaiki pertahanan sistem setelah pertahannanya berhasil di bobol”. Perlu menunggu sampai anda menjadi korban? Anda masih percaya dengan Anti Virus? Itu terserah anda.. :D
Lantas Linux aman? Tentu saja! Dan sejauh ini juga masih aman. Alasannya simple, karena Linux memiliki bangunan sistem yang berbeda dari windows. Dan hampir setiap distro Linux juga saling berbeda. Virus windows tidak bisa membobol linux karena virus tidak mengenali bahasa sistem linux. Kenapa tidak di buat saja virus khusus untuk linux? Pertanyaan cerdas! Tapi siapa yang berkenan membuatnya? Anda tahu, hacker itu penggemar linux! Tidak mungkin kan seorang hacker merusak apa yang dia gemari? Tak ada pilihan lain, windows akan selau menjadi bual-bualan virus oleh para hacker! ;)
4. Linux Stabil Dan Cepat!
Anda mungkin setujuh bahwa windows sering kali hang! Terutama ketika menjalankan program yang cukup berat. Alasannya klise, karena sistem windows sedang kelelahan, sehingga ketika sedang menjalankan suatu program windows tiba-tiba bilang “Not Responding”. Dan hal yang paling menyebalkan adalah windows dengan terpaksa menutup programnya sendiri dengan tiba-tiba. Alhasil, pekerjaan kita hilang dengan sia-sia. Saya sering kali mengalami ini ketika sedang menggunakan Photoshop, sudah lelah merancang desain tiba-tiba program minta ditutup! Menyebalkan memang! Mozilla Firefox juga merupakan salah satu program yang paling sering bilang “Not Responding!”. :mad:
Bagaimana dengan Linux? Jangan di tanya, karena anda akan kagum melihatnya. Linux cukup mampu menjalankan banyak program sekaligus dan semuanya berjalan dengan sangat ringan. Satu hal penting, Linux mampu memberikan effek grafis sekelas windows 7 dan Vista tanpa membutuhkan hardware dan VGA yang tinggi. Tidak percaya? Anda bisa mencobanya dengan komputer sekelas pentium 4 atau bahkan pentium 3 untuk menjalankan program. :p
5. Linux Mudah dan User Friendly.
Masih banyak yang beranggapan linux itu sulit dan tidak user friendly. Kata siapa? Linux kini sudah tampil lebih sempurna. Dengan menghadirkan GNOM dan KDE linux membawa tampilan berupa GUI (General User Interface) yang tentu saja, hampir sama dengan windows. Mudah dan User Friendly.
Apa bedanya dengan windows? Bedanya hanya pada cara menginstal program aplikasi tambahan. Kalau di windows anda hanya perlu klik next – next – next – finish. Tapi di linux anda perlu mengetik sedikit kode perintah. Tenang saja, ini tidak sesulit yang anda bayangkan. Di linux di kenal dengan istilah Permission, dimana anda tidak akan bisa mengubah atau menginstal ke brankas file sistem tanpa izin sebelum memasukkan password. Dengan begini pertahanan sistem akan lebih kuat. :D
Anda punya koneksi internet langsung? Ini lebih menguntungkan anda karena anda bisa menginstal aplikasi dengan jauh lebih mudah. Linux menyediakan menu Software Center, dimana anda hanya perlu memilih aplikasi yang telah tersedia di daftar dan sistem akan mendownlod dan menginstalkan langsung secara otomatis untuk anda. Mudah bukan? :ngakas:
Anda tahu bagaimana sistem server bekerja? mampu menampung ratusan juta pengguna dari seluruh penjuru dunia dan hampir setiap detik di akses oleh ribuan orang secara bersamaan. Tapi tidak memperlihatkan tanda-tanda server yang down ataupun bermasalah. Tidak pernah tertukar akunnya oleh jutaan pengguna. Dan sangat sulit bahkan tidak pernah terbobol pertahanan sistemnya oleh hacker! Anda tahu alasannya? Karena menggunakan ! :thumbup:
Demikian beberapa alasan mengapa kita harus pindah ke linux. Alasan lain mungkin akan anda temui setelah anda merasakannya langsung bagaimana Linux yang sebenarnya.
================================
Semoga tulisan ini bisa menjadi wacana bagi anda yang belum mengenal Linux. Tak ada paksaan yang mengharuskan anda untuk ikut pindah ke Linux, karena semua pilihan ada di tangan anda. Anda pastinya lebih tahu apa yang seharusnya di lakukan. :P eace:semoga sukses...................!

Read more »

Cara Merestrat & Mematikan Komputer Melalui Terminal


Bagi yang sudah lama terjun di dunia OS Linux, merestrat komputer, mematikan komputer dan melakukan hal-hal yang lain melalui terminal, mungkin bukan sesuatu yang asing/baru lagi. Tapi, berhubung saya masih baru belajar OS Linux, cara merestrat & mematikan komputer lewat terminal merupakan hal yang baru juga buat saya.
Bagi yang pengen tahu caranya baca dibawah ini!!!

Merestrat Komputer
  1. Masuk ke terminal
  2. Ketikan perintah berikut "sudo reboot" tekan "Enter". Jika diminta masukan password, silahkan masukan password anda. Terus tekan "Enter"


Mematikan Komputer
  1. Masuk ke terminal
  2. Ketikan perintah "sudo halt" atau "sudo poweroff" tekan "Enter". Masukan password anda jika diminta, terus tekan "Enter"

Read more »

bondan alapesantren

Read more »

Sabtu, 29 Oktober 2011

koinindisi indonisia saat

(ANTARA News) - Kondisi masyarakat Indonesia saat ini merupakan yang terburuk dalam 36 tahun terakhir, ujar Wakil Ketua Badan Legislasi DPR RI, Bomer Pasaribu.

Hal itu dilihat dari melonjaknya angka kemiskinan serta meledaknya angka pengangguran, yang bila tak segera diatasi akan menjadi masalah besar bangsa, katanya dalam makalah yang disampaikan pada Sosialisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 di Medan, Jumat.

"Presiden SBY dalam Pidato Kenegaraan Januari lalu menyebutkan di Indonesia terdapat sebanyak 19,2 juta rumah tangga miskin atau sekitar 36,3 persen. Namun Bank Dunia menyebutkan 108 juta rumah tangga miskin (49 persen) di Indonesia dan merupakan yang terbesar dan terburuk dalam 36 tahun terakhir," ujarnya.

Dia mengatakan, seiring dengan melonjaknya angka kemiskinan, angka pengangguran juga makin meledak. Tahun 2004, pengangguran terbuka di Indonesia mencapai 9,7 persen, sementara tahun 2005 meningkat menjadi 10,3 persen.

"Akibat parahnya kesulitan ekonomi, pengangguran diperkirakan meningkat menjadi 11,1 persen tahun 2006. Bila ditotal dengan seluruh jenis pengangguran di Indonesia tahun 2006 diperkirakan mencapai 41 persen atau lebih dari 40 juta orang," katanya.

Kondisi ini diperparah dengan lemahnya manajemen pembangunan di hampir segala bidang, lemahnya institusi birokrasi, kuatnya oligarkhi Indonesia terutama di kalangan elit serta lemahnya kelas menengah yang seyogianya menjadi mesin kemajuan.

"Ini semua membuat lemahnya daya saing Indonesia, sehingga diperlukan kebijakan ekonomi politik baru dengan paradigma baru pula," katanya.

Deputi Otda Bappenas, Max Pohan, mengatakan, hingga tahun 2025 ada berbagai tantangan yang bakal dihadapi Indonesia, antara lain tantangan sosial budaya dan kehidupan beragama, tantangan perekonomian, sarana dan prasarana, politik, pertahanan dan keamanan, hukum dan aparatur, bidang wilayah dan tata ruang serta SDA dan lingkungan hidup.

Meski banyak tantangan, namun menurut dia Indonesia juga punya modal dasar untuk pembangunan, yakni wilayahnya yang luas, kekayaan alam dan keanekaragaman hayati, jumlah penduduk yang besar serta perkembangan politik yang telah melalui tahap awal reformasi berupa demokratisasi dan desentralisasi.

"Sasaran pokok pembangunan dalam 20 tahun ke depan antara lain terwujudnya masyarakat yang berakhlak mulia, berdaya saing, demokratis yang berlandaskan hukum, rasa aman dan damai, pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan, negara yang mandiri dan maju serta peranan yang meningkat di dunia internasional," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
COPYRIGHT © 2011

Read more »

Minggu, 16 Oktober 2011

Biografi Bung Karno

Presiden Soekarno

Masa Bakti 1945 — 1966


Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Ayahnya bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya Ida Ayu Nyoman Rai. Semasa hidupnya, beliau mempunyai tiga istri dan dikaruniai delapan anak. Dari istri Fatmawati mempunyai anak Guntur, Megawati, Rachmawati, Sukmawati dan Guruh. Dari istri Hartini mempunyai Taufan dan Bayu, sedangkan dari istri Ratna Sari Dewi, wanita turunan Jepang bernama asli Naoko Nemoto mempunyai anak Kartika..
Masa kecil Soekarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar. Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Oemar Said Tokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS itu, Soekarno telah menggembleng jiwa nasionalismenya. Selepas lulus HBS tahun 1920, pindah ke Bandung dan melanjut ke THS (Technische Hoogeschool atau sekolah Tekhnik Tinggi yang sekarang menjadi ITB). Ia berhasil meraih gelar “Ir” pada 25 Mei 1926.
Kemudian, beliau merumuskan ajaran Marhaenisme dan mendirikan PNI (Partai Nasional lndonesia) pada 4 Juli 1927, dengan tujuan Indonesia Merdeka. Akibatnya, Belanda, memasukkannya ke penjara Sukamiskin, Bandung pada 29 Desember 1929. Delapan bulan kemudian baru disidangkan. Dalam pembelaannya berjudul Indonesia Menggugat, beliau menunjukkan kemurtadan Belanda, bangsa yang mengaku lebih maju itu.
Pembelaannya itu membuat Belanda makin marah. Sehingga pada Juli 1930, PNI pun dibubarkan. Setelah bebas pada tahun 1931, Soekarno bergabung dengan Partindo dan sekaligus memimpinnya. Akibatnya, beliau kembali ditangkap Belanda dan dibuang ke Ende, Flores, tahun 1933. Empat tahun kemudian dipindahkan ke Bengkulu.
Setelah melalui perjuangan yang cukup panjang, Bung Karno dan Bung Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, Ir.Soekarno mengemukakan gagasan tentang dasar negara yang disebutnya Pancasila. Tanggal 17 Agustus 1945, Ir Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam sidang PPKI, 18 Agustus 1945 Ir.Soekarno terpilih secara aklamasi sebagai Presiden Republik Indonesia yang pertama.
Sebelumnya, beliau juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Beliau berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan Soekarno berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok.
Pemberontakan G-30-S/PKI melahirkan krisis politik hebat yang menyebabkan penolakan MPR atas pertanggungjawabannya. Sebaliknya MPR mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden. Kesehatannya terus memburuk, yang pada hari Minggu, 21 Juni 1970 ia meninggal dunia di RSPAD. Ia disemayamkan di Wisma Yaso, Jakarta dan dimakamkan di Blitar, Jatim di dekat makam ibundanya, Ida Ayu Nyoman Rai. Pemerintah menganugerahkannya sebagai “Pahlawan Proklamasi”. (kepustakaan-presiden.pnri.go.id)
Popularity: 82% [?]

Read more »

KATA-KATA MUTIARA YANG PERNAH DILONTARKAN OLEH BUNG KARNO

soekarno 039
Kumpulan Kata-Kata Mutiara Bung Karno Presiden RI
(1945 – 1966)
“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)
“Tidak seorang pun yang menghitung-hitung: berapa untung yang kudapat nanti dari Republik ini, jikalau aku berjuang dan berkorban untuk mempertahankannya”. (Pidato HUT Proklamasi 1956 Bung Karno)
“Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” (Soekarno)
“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno)
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” (Pidato Hari Pahlawan 10 Nop.1961)
“Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.” – Bung Karno
“Bangsa yang tidak percaya kepada kekuatan dirinya sebagai suatu bangsa, tidak dapat berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka.” (Pidato HUT Proklamasi 1963 Bung Karno)
“……….Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan……” (Bung Karno)
“Kita belum hidup dalam sinar bulan purnama, kita masih hidup di masa pancaroba, tetaplah bersemangat elang rajawali “. (Pidato HUT Proklamasi, 1949 Soekarno)
“Janganlah mengira kita semua sudah cukup berjasa dengan segi tiga warna. Selama masih ada ratap tangis di gubuk-gubuk pekerjaan kita selesai ! Berjuanglah terus dengan mengucurkan sebanyak-banyak keringat.” (Pidato HUT Proklamasi, 1950 Bung Karno)
“Firman Tuhan inilah gitaku, Firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu : “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma biamfusihim”. ” Tuhan tidak merobah nasibnya sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya” (Pidato HUT Proklamasi, 1964 Bung Karno)
“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pidato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)
“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)
“Aku Lebih suka lukisan Samodra yang bergelombangnya memukul, mengebu-gebu, dari pada lukisan sawah yang adem ayem tentrem, “Kadyo siniram wayu sewindu lawase” (Pidato HUT Proklamasi 1964 Bung Karno)
“Laki-laki dan perempuan adalah sebagai dua sayapnya seekor burung. Jika dua sayap sama kuatnya, maka terbanglah burung itu sampai ke puncak yang setinggi-tingginya; jika patah satu dari pada dua sayap itu, maka tak dapatlah terbang burung itu sama sekali.” ( Sarinah, hlm 17/18 Bung Karno

Read more »

Marhaenisme


BAB VI: Marhaenisme
AKU baru berumur 20 tahun ketika suatu ilham politik yang kuat menerangi pikiranku. Mula‐mula ia
hanya berupa kuncup dari suatu pemikiran yang mengorek‐ngorek otakku, akan tetapi tidak lama
kemudian ia menjadi landasan tempat pergerakan kami berdiri. Di kepulauan kami terdapat pekerjapekerja
yang bahkan lebih miskin daripada tikus gereja dan dalam segi keuangan terlalu menyendihkan
untuk bisa bangkit di bidang sosial, politik dan ekonomi. Sungguhpun demikian masing‐masing menjadi
majikan sendiri. Mereka tidak terikat kepada siapapun. Dia menjadi kusir gerobak kudanya, dia menjadi
pemilik dari kuda dan gerobak itu dan dia tidak mempekerjakan buruh lain. Dan terdapatlah nelayannelayan
yang bekerja sendiri dengan alat‐alat —seperti tongkat kail, kailnya dan perahu— kepunyaan
sendiri. Dan begitupun para petani yang menjadi pemilik tunggal dari sawahnya dan pemakai tunggal dari
hasilnya. Orang‐orang semacam ini meliputi bagian terbanyak dari rakyat kami. Semua menjadi pemilik
dari alat produksi mereka sendiri, jadi mereka bukanlah rakyat proletar. Mereka punya sifat yhas
tersendiri.
Mereka tidak termasuk dalam salah satu bentuk penggolongan. Kalau begitu, apakah mereka ini
sesungguhnya? Itulah yang menjadi renunganku berhari‐hari, bermalam‐malam dan berbulan‐bulan.
Apakah sesungguhnya saudaraku bangsa Indonesia itu? Apakah namanya para pekerja yang demikian,
yang oleh ahli ekonomi disebut dengan istilah “Penderita Minimum”? Di suatu pagi yang indah aku
bangun dengan keinginan untuk tidak mengikuti kuliah, ini bukan tidak sering terjadi. Otakku sudah
terlalu penuh dengan soal‐soal politik, sehingga tidak mungkin memusatkan perhatian pada studi.
Sementara mendayung sepeda tanpa tujuan —sambil berpikir— aku sampai di bagian selatan kota
Bandung, suatu daerah pertanian yang padat dimana orang dapat menyaksikan para petani mengerjakan
sawahnya yang kecil, yang masing‐masing luasnya kurang dari sepertiga hektar. Oleh karena beberapa
hal perhatianku tertuju pada seorang petani yang sedang mencangkul tanah miliknya. Dia seorang diri.
Pakaiannya sudah lusuh. Gambaran yang khas ini kupandang sebagai perlambang daripada rakyatku. Aku
berdiri disana sejenak memperhatikannya dengan diam. Karena orang Indonesia adalah bangsa yang
ramah, maka aku mendekatinya. Aku bertanya dalam bahasa Sunda, “Siapa yang punya semua yang
engkau kerjakan sekarang
ini?”.
Dia berkata kepadaku, “Saya, juragan.”
Aku bertanya lagi, “Apakah engkau memiliki tanah ini bersama‐sama dengan orang lain?”.
“0, tidak, gan. Saya sendiri yang punya.”
“Tanah ini kaubeli?”.
“Tidak. Warisan bapak kepada anak turun temurun.”
Ketika ia terus menggali, akupun mulai menggali ….. aku menggali secara mental. Pikiranku mulai
bekerja. Aku memikirkan teoriku. Dan semakin keras aku berpikir, tanyaku semakin bertubi‐tubi pula.
“Bagairnana dengan sekopmu? Sekop ini kecil, tapi apa ka’il kepunyaanmu juga?”
“Ya, gan”
“Dan cangkul?”
“Ya, gan.”
“Bajak?”
“Saya punya, gan.”
“Untuk siapa hasil yang kaukerjakan?”
“Untuk saya, gan.”
“Apakah cukup untuk kebutuhanmu?”
Ia mengangkat bahu sebagai membela diri. “Bagaimana sawah yang begini kecil bisa cukup untuk seorang
isteri dan empat orang anak?”
“Apakah ada yang dijual dari hasilmu?” tanyaku.
“Hasilnya sekedar cukup untuk makan kami. Tidak ada lebihnya untuk dijual.”
“Kau mempekerjakan orang lain?”
“Tidak, juragan. Saya tidak dapat membayarnya.”
“Apakah engkau pernah memburuh?”
“Tidak, gan. Saya harus membanting tulang, akan tetapi jerih payah saya semua untuk saya.”
Aku menunjuk ke sebuah pondok kecil, “Siapa yang punya rumah itu?”
“Itu gubuk saya, gan. Hanya gubuk kecil saja, tapi kepunyaan saya sendiri.”
“Jadi kalau begitu,” kataku sambil menyaring pikiranku sendiri ketika kami berbicara, “Semua ini engkau
punya?”
“Ya, gan.”
Kemudian aku menanyakan nama petani muda itu. Ia menyebut namanjy. “Marhaen.” Marhaen adalah
nama yang biasa seperti Smith dan Jones. Disaat itu sinar ilham menggenangi otakku. Aku akan memakai
nama itu untuk rnenamai semua orang Indonesia bernasib malang seperti itu! Semenjak itu kunamakan
rakyatku rakyat Marhaen. Selanjutnya di hari itu aku mendayung sepeda berkeliling mengolah
pengertianku yang baru. Aku memperlancarnya. Aku mempersiapkan kata‐kataku dengan hati‐hati. Dan
malamnya aku memberikan indoktrinasi mengenai hal itu kepada kumpulan pemudaku. “Petani‐petani
kita mengusahakan bidang tanah yang sangat kecil sekali.
Mereka adalah korban dari sistim feodal, dimana pada mulanya petani pertama diperas oleh bangsawan
yang pertama dan seterusnya sampai ke anak cucunya selama berabad‐abad. Rakyat yang bukan
petanipun menjadi korban daripada imperialisme perdagangan Belanda, karena nenek mojangnya telah
dipaksa untuk hanya bergerak di bidang usaha yang kecil sekedar bisa memperpanjang hidupnya. Rakyat
yang menjadi korban ini, yang meliputi hampir seluruh penduduk Indonesia, adalah Marhaen.” Aku
menunjuk seorang tukang gerobak, “Engkau … engkau yang di sana. Apakah engkau bekerja di pabrik
untuk orang lain?”, Tidak,” katanya. “Kalau begitu engkau adalah Marhaen.” Aku menggerakkan tangan
ke arah seorang tukang sate. “Engkau … engkau tidak punya pembantu, tidak punya majikan engkau juga
seorang Marhaen.
Seorang Marhaen adalah orang yang mempunyai alat‐alat yang sedikit, orang kecil dengan milik kecil,
dengan alat‐alat kecil, sekedar cukup untuk dirinya sendiri. Bangsa kita yang puluhan juta jiwa, yang
sudah dimelaratkan, bekerja bukan untuk orang lain dan tidak ada orang bekerja untuk dia. Tidak ada
penghisapan tenaga seseorang oleh orang lain. Marhaenisme adalah Sosialisme Indonesia dalam
praktek.” Perkataan “Marhaenisme” adalah lambang dari penemuan kembali kepribadian nasional kami.
Begitupun nama tanah air kami harus menjadi lambang. Perkataan “Indonesia” berasal dari seorang ahli
purbakala bangsa Jerman bernama Jordan, yang beladar di negeri Belanda. Studi khususnya mengenai
Rantaian Kepulauan kami. Karena kepulauan ini secara geografis berdekatan dengan India, ia namakanlah
“Kepulauan dari India”. Nesos adalah bahasa Yunani untuk perkataan pulau‐pulau, sehingga menjadi
Indusnesos yang akhirnya menjadi Indonesia.
Ketika kami merasakan perlunya untuk menggabungkan pulau‐pulau kami rnenjadi satu kesatuan yang
besar, kami berpegang teguh pada nama ini dan mengisinya dengan pengertian‐pengertian politik hingga
iapun menjadi pembirnbing dari kepribadian nasional. Ini terjadi ditahun 1922‐1923. Dalam tahun‐tahun
inilah, ketika kami sebagai bangsa yang dihinakan diperlakukan seperti sampah di atas bumi oleh orang
yang menaklukkan kami. Karni tidak dibolehkan apa‐apa. Ditindas dibawah tumit pada setiap kali, bahkan
kami dilarang mengucapkan perkataan “lndonesia”. Telah terjadi sekali ditengah berapi‐apinya pidatoku,
kata “lndonesia” melompat dari mulutku.
“Stop …. stop ….. “perintah polisi. Mereka meniup peluitnya. Mereka memukulkan tongkatnya. “Dilarang
sama sekali mengucapkan perkataan itu …… hentikan pertemuan.” Dan pertemuan itu dengan segera dihentikan. Di Surabaya aku tak ubah seperti seekor burung yang mencari‐cari tempat untuk bersarang.
Akan tetapi di Bandung aku sudah menjadi dewasa. Bentuk fisikku berkembang dengan sewajarnya.
Bintang matinee Amerika yang menjadi idaman di jaman itu adalah Norman Kerry dan, supaya kelihatan
lebih tua dan lebih ganteng, aku memelihara kumis seperti Kerry. Tapi sayang, kumisku tidak melengkung
ke atas pada ujung‐ujungnya seperti kumis bintang itu. Dan isteriku menyatakan, bahwa Charlie
Chaplinlah yang berhasil kutiru. Akhirnya usahaku satu‐satunya untuk meniru seseorang berakhir dengan
kegagalan yang menyedihkan dan semua pikiran itu kemudian kulepaskan segera dari ingatan. Di tahun
1922 aku untuk pertama kali mendapat kesukaran. Ketika itu diadakan rapat besar di suatu lapangan
terbuka di kota Bandung. Seluruh lapangan menghitam oleh manusia. Ini adalah rapat Radicale
Concentratie, suatu rapat raksasa yang diorganisir oleh seluruh organisasi kebangsaan sehingga wakilwakil
dari setiap partai yang ada dapat berkumpul bersama untuk satu tujuan, yaitu memprotes berbagai
persoalan sekaligus. Setiap pemimpin berpidato. Dan aku, aku baru seorang pemuda. Hanya
mendengarkan. Akan tetapi tiba‐tiba terasa olehku suatu dorongan yang keras untuk mengucapkan
sesuatu. Aku tidak bisa mengendalikan diriku sendiri. Mereka semua membicarakan omong kosong.
Seperti biasa mereka meminta‐minta. Mereka tidak menuntut. Naiklah tangan yang berapi‐api dari
Sukarno, mercusuar dari Perkumpulan Pemuda, untuk minta izin ketua agar diberi kesempatan berpidato
dihadapan rapat. “Saya ingin berbicara,” aku berteriak. “Silakan,” ketua berteriak kembali. Disana ada
P.I.D., Polisi Rahasia Belanda, yang bersebar di segala penjuru Tepat di mukaku berdiri seorang polisi
bermuka merah mengancam dan berbadan besar. Ini adalah alat yang berkuasa yaitu kulit putih. Hanya
dia sendiri yang dapat menyetopku. Dia seorang dirinya, dapat membubarkan rapat. Dia seorang dirinya,
dengan kekuasaan yang ada padanya dapat mencerai‐beraikan pertemuan kami dan menjebloskanku ke
dalam tahanan. Akan tetapi aku masih muda, tidak mau peduli dan penuh semangat. Jadi naiklah aku ke
mimbar dan mulai berteriak, “Mengapa sebuah gunung seperti gunung Kelud meledak? Ia meledak oleh
karena lobang kepundannya tersumbat Ia meledak oleh karena tidak ada jalan bagi kekuatan‐kekuatan
yang terpendam untuk membebaskan dirinya. Kekuatan‐kekuatan yang terpendam itu bertumpuk sedikit
demi sedikit dan ….. DORRR. Keseluruhan itu meletus. “Kejadian ini tidak ada bedanya dengan Gerakan
Kebangsaan kita Kalau Belanda tetap menutup mulut kita dan kita tidak diperbolehkan untuk mencari
jalan keluar bagi perasaan‐perasaan kita yang sudah penuh, maka saudara‐saudara, nyonya‐nyonya dan
tuan‐tuan, suatu saat akan terjadi pula ledakan dengan kita. “Dan rnanakala perasaan kita meletus, Den
Haag akan terbang ke udara. Dengan ini saya menantang Pemerintah Kolanial yang membendung
perasaan kita.
Dari sudut mataku aku melihat Komisaris Polisi itu menuju ke depan untuk mencegahku terus berbicara,
akan tetapi aku begitu bersemangat dan menggeledek terus. “Apa gunanya kita puluhan ribu banyaknya
berkumpul disini jikalau yang kita kerjakan hanya menghasilkan petisi? Mengapa kita selalu merendah diri
memohon kepada ‘Pemerintah’ untuk meminta kebaikan hatinya supaya mendirikan sebuah sekolah
untuk kita? Bukankah itu suatu Politik Berlutut? Bukankah itu suatu politik memohon dengan mendatangi
Yang Dipertuan Gubernur Djendral Hindia Belanda, yang dengan rnemakai dasi hitam menerima delegasi
yang membungkuk‐bungkuk dan menunjukkan penghargaan kepadanya dan menyerahkan kepada
pertimbangannya suatu petisi? Dan merendah diri memohon pengurangan pajak? Kita merendah diri …
memohon, merendah diri, memohon ….. Inilah kata‐kata yang selalu dipakai oleh pemimpin‐pemimpin
kita.
“Sampai sekarang kita tidak pernah menjadi penyerang. Gerakan kita bukan gerakan yang mendesak,
akan tetapi gerakan kita adalah gerakan yang meminta‐minta. Tak satupun yang pernah diberikannya
karena kasihan. Marilah kita sekarang menjalankan politik percaya pada diri sendiri dengan tidak
mengemis‐ngemis. Hayo kita berhenti mengemis. Sebaliknya, hayo kita berteriak, “Tuan Imperialis, inilah yang kami TUNTUT ! “Kemudian, polisi‐polisi yang maha kuasa dan maha kuat ini, yang punya kekuasaan
untuk menghentikan rapat ini, bertindak. Mereka menyetop rapat dan menyetopku. Heyne, Kepala Polisi
Kota Bandung, sangat marah. Sambil menyiku kanan‐kiri melalui rakyat yang berdiri berjejal‐jejal, ia
melompat ke atas mimbar, menarikku ke bawah dan mengumumkan, “Tuan Ketua, sekarang saya
menyetop seluruh pertemuan. Habis. Tamat. Selesai. Tuan‐tuan semua dibubarkan. Sernua pulang
sekarang. KELUAR !”. Begitu pertama kali Sukarno membuka mulutnya, ia segera harus berhubungan
dengan hukum. Dengan cepat aku mendadi buah tutur orang dan setiap orang mengetahui nama
Sukarno. Aku memperoleh inti pengikut yang kuat. Akan tetapi, sayang, akupun mengembangkan
pengikut yang banyak diantara polisi Belanda. Kemanapun aku pergi mereka ikuti.
Maka menjalarlah dari mulut ke mulut: “Di Sekolah Teknik Tinggi ada seorang pengacau. Awasi dia.”
Dengan satu pidato si Karno —yang pendiam, yang suka menarik diri dan dicintai membuat musuh‐musuh
jadi geger dan selama 20 tahun kemudian aku tak pernah dicoret dari daftar hitam mereka. Prestasiku
yang pertama ini menimbulkan kegemparan hebat, sehingga aku segera dipanggil ke kantor Presiden
universitas. “Kalau engkau ingin melanjutkan pelajaran disini,” Professor Klopper memperingatkan,
Engkau harus bertekun pada studimu. Saya tidak keberatan jika seorang mahasiswa mempunyai cita‐cita
politik, akan tetapi haruslah diingat bahwa ia pertama dan paling utama memenuhi kewajiban sebagai
seorang mahasiswa. Engkau harus berjanji, mulai hari ini tidak akan ikut campur dalam gerakan politik.
“Aku tidak berdusta kepadanya. Aku menerangkan persoalanku dengan jujur. “Professor, apa yang akan
saya janjikan ialah, bahwa saya tidak akan melalaikan pelajaran‐pelajaran yang tuan berikan dalam
kuliah.” Bukan itu yang saya minta kepadamu.” Hanya itu yang dapat saya jandjikan, Professor.
Akan tetapi janji ini, saya berikan dengan sepenuh hati. Saya berjanji dengan kesungguhan hati untuk
menyediakan lebih banyak waktu pada studi saya.” Ia sangat baik mengenai hal ini. “Apakah kata‐katamu
dapat saya pegang, bahwa engkau akan berhenti berpidato dalam rapat umum selama masih dalam
studi?” “Ya, Professor,” aku berjanji, “Tuan memegang ucapan saya yang sungguh‐sungguh. “Dan janji ini
kupegang teguh. Berbicara di hadapan massa bagiku lebih daripada segala‐galanya untuk mana aku
hidup. Oleh karena aku tidak dapat berbicara membangkitkan semangat rakyat jelata dalam keadaan
sesungguhnya maka kulakukanlah ini dalam khayalan. Pada suatu malam rumah Inggit yang disediakan
juga untuk bayar makan penuh dan kami terpaksa membagi tempat. Aku membagi tempat tidurku
dengan seorang pelajar.
Di tengah malam aku diserang oleh suatu desakan untuk berpidato dengan nafsu yang bernyala‐nyala,
seakan‐akan aku berbicara dihadapan 10.000 orang yang bersorak‐sorai dengan gegap gempita. Sambil
berdiri tegak aku menganggap tempat tidurku sebagai mimbar dan aku mulai menggegap geletar.
“Engkau tahu apakah Indonesia?” aku berteriak ke punggung temanku setempat tidur. “Indonesia adalah
pohon yang kuat dan indah ini. Indonesia adalah langit yang biru dan terang itu. Indonesia adalah mega
putih yang lamban itu. Indonesia adalah udara yang hangat ini.” Saudara‐saudaraku yang tercinta, laut
yang menderu memukul‐mukul ke pantai di cahaya senja, bagiku adalah jiwanya Indonesia yang bergerak
dalam gemuruhnya gelombang samudera. Bila kudengar anak‐anak ketawa, aku mendengar Indonesia.
Manakala aku menghirup bunga‐bunga, aku menghirup Indonesia. Inilah arti tanah air kita bagiku.
“Setelah beberapa jam mendengarkan perkataanku yang membakar hati, Djoko Asmo lebih memerlukan
tidur daripada mendengarkan golakan perasaanku. Jam dua tengah malam dia tertidur nyenyak ditengahtengah
pidatoku yang mencacau. Aku kehabisan tenaga sama sekali sehingga ditengah pidato
pembelaanku yang bersemangat akupun terhempas lena. Esok paginya kami baru tahu, bahwa kami lupa
mematikan lampu. Kelambu kami hampir hangus sama sekali. Lampu itu menyala sepanjang malam
sampai menjilat ke bagian bawah dan kami kedua‐duanya hampir kelemasan oleh udara dan asap yang
hebat. Tapi untunglah. Kami tidak turut terbakar. Terpikir olehku, kalau seseorang hendak menjadi Juru selamat daripada bangsanya di kemudian hari untuk membebaskan rakyatnya, haruslah ia
menyelamatkan dirinya sendiri lebih dulu. Aku masih terlalu banyak mencurahkan waktu untuk pemikiran
politik, jadi tak dapatlah diharapkan akan menjadi mahasiswa yang betul‐betul gemilang. Kenyataan
bahwa aku masih dapat melintasi batas nilai sedang sungguh mengherankan. Siapa yang belajar? Bukan
aku. Tidak pernah. Aku mempunyai ingatan seperti bayangan gambar dan dalam pada itu aku terlalu
sibuk memompakan soal‐soal politik ke kepalaku, sehingga tidak tersisa waktuku untuk membuka buku
sekolah. Dewi dendamku adalah ilmu pasti. Aku tidak begitu kuat dalam ilmu pasti.
Menggambar arsitektur bagiku sangat menarik, akan tetapi kalkulasi bangunan dan komputasi jangan
tanya. Kleinste Vierkanten atau yang dinamakan Geodesi, semacam penyelidikan tanah secara ilrnu pasti
dimana orang mengukur tanah dan belajar membaginya dalam kaki persegi, dalam semua ini aku gagal.
Untuk ujian ilmu pasti kuakui, bahwa aku bermain curang. Tapi hanya sedikit. Kami semua bermain
curang dengan berbagai jalan. Ambillah misalnja pelajaran menggambar konstruksi bangunan. Aku kuat
dalam pelajaran ini. Dalam waktu ujian dosen berdalan pulang‐balik diantara meja‐meja memperhatikan
setiap orang. Segera setelah ia berada di bagian lain dalam ruangan ketika menghadapkan punggungnya
pada kami, salah seorang yang berdekatan mendesis, “Ssss, Karno, buatkan bagan untukku, kau mau?”
Aku bertukar kertas dengan dia. dengan terburu‐buru membuat gambar yang kedua dan dengan cepat
menyerahkan kembali kepadanya. Kawan‐kawanku membalas usaha ini dalam pelajaran Kleinste
Vierkanten kalau Professor membuat tiga pertanyaan di papan tulis dan hanya memberi kami waktu 45
menit untuk mengerjakannya. Kawan‐kawan menempatkan kertasnya sedemikian rupa di sudut bangku,
sehingga aku dapat dengan mudah menyalin jawabannya. Sudah tentu aku mencontoh dari mahasiswa
yang lebih pandai dalam ilmu pasti.
Cara ini bukanlah semata‐mata apa yang dinamakan orang berbuat curang. Di Indonesia ini adalah wajar
jika digolongkan dalam apa yang kami sebut kerja‐sama yang erat. Gotong‐royong. Alasan mengapa aku
gagal dan hanya memperoleh nilai tiga adalah karena pada suatu kali sang Professor melakukan taktik
licik terhadap kami. Ia mengejutkan kami dengan ujian lisan, dimana kami menempuhnya satu persatu.
Hanya Professor dan seorang mahasiswa yang ada dalam ruangan. Aku karenanya jatuh.Semua kuliah
diajarkan dalam bahasa Belanda. Aku berpikir dalam bahasa Belanda. Bahkan sekarangpun aku memakimaki
dalam bahasa Belanda. Kalau aku mendoa kehadirat Tuhan Yang MahaKuasa, maka ini kulakukan
dalam bahasa Belanda. Kurikulum kami disesuaikan menurut kebutuhan masyarakat penjajahan Belanda.
Pengetahuan yang kupelajari adalah pengetahuan teknik kapitalis. Misalnya, pengetahuan tentang sistem
irigasi. Yang dipelajari bukanlah tentang bagaimana caranya mengairi sawah dengan jalan yang terbaik.
Yang diberikan hanya tentang sistem pengairan tebu dan tembakau. Ini adalah irigasi untuk kepentingan
Imperialisme dan Kapitalisme. Irigasi dipelajari tidak untuk memberi makan rakyat banyak yang
kelaparan, akan tetapi untuk membikin gendut pemilik perkebunan. Pelajaran kami dalam pembuatan
jalan tidak mungkin dapat menguntungkan rakyat. Jalan‐jalan yang dibuat bukan melalui hutan dan
antar‐pulau sehingga rakyat dapat berjalan atau bepergian lebih mudah. Kami hanya diajar
merencanakan jalan‐jalan tambahan sepanjang pantai dari pelabuhan ke pelabuhan, jadi pabrik‐pabrik
dengan demikian dapat mengangkut hasilna secara maksimal dan komunikasi yang cukup antara kapalkapal
yang berlayar. Ambillah ilmu pasti. Universitas manapun tidak memberi pelajaran rantai ukuran.
Kami diberi. Ini adalah sebuah pita yang panjangnya 20 meter yang hanya dipakai oleh para pengawas di
perkebunan‐perkebunan.
Diruangan bagan, kalau kami membuat rencana kota teladan, kamipun harus menunjukkan tempat
kedudukan “Kabupaten”, yaitu tempat tinggal Bupati yang mengawasi rakyat desa membanting tulang.
Di minggu terakhir ketika diadakan pelantikan aku mempersoalkan ini dengan Rector Magnificus dari
Sekolah Teknik Tinggi ini, Professor Ir. G. Klopper M.E. “Mengapa kami diisi dengan pengetahuanpengetahuan
yang hanya berguna untuk mengekalkan dominasi Kolonial terhadap kami?” tanyaku. “Sekolah Teknik Tinggi ini,” ia menerangkan, didirikan terutama untuk memajukan politik Den Haag di
Hindia. Supaya dapat mengikuti kecepatan ekspansi dan eksploitasi, pemerintah saya merasa perlu untuk
mendidik lebih banyak insinyur dan pengawas yang berpengalaman.”Dengan perkataan lain, kami
mengikuti perguruan tinggi ini untuk memperkekal polilik Imperialisme Belanda disini?”Ya, tuan Sukarno,
itu benar,” ia menjawab. Dan begitulah, sekalipun aku harus mempersembahkan seluruh hidupku untuk
menghancurkan kekuasaan Kolonial, rupanya aku harus berterima‐kasih pula kepada mereka atas
pendidikan yang kuterima. Dengan dua orang kawan bangsa Indonesia yang berhasil bersama‐sama
denganku, maka pada tanggal 25 Mei 1926 aku memperoleh promosi dengan gelar “Ingenieur”. Ijazahku
dalam jurusan teknik sipil menentukan, bahwa aku adalah seorang spesialis dalam pekerjaan jalan raya
dan pengairan. Aku sekarang diberi hak untuk menuliskan namaku: Ir. Raden Soekarno. Ketika ia
memberi gelar sarjana teknik kepadaku, Presiden universitas berkata, “Ir. Sukarno, ijazah ini dapat robek
dan hancur menjadi abu di satu saat. Ia tidak kekal. Ingatlah, bahwa satu‐satunya kekuatan yang bisa
hidup terus dan kekal adalah karakter dari seseorang. Ia akan tetap hidup dalam hati rakyat, sekalipun
sesudah mati.” Aku tak pernah melupakan kata‐kata ini.

Read more »

Jumat, 07 Oktober 2011

Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Ideologi secara praktis diartikan sebagai system dasar seseorang tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika diterapkan oleh Negara maka ideology diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik sebagai individu, social, maupun dalam kehidupan bernegara.
Pancasila sebagai Ideologi Terbuka, Pancasila jika dilihat dari nilai-nilai dasarnya, dapat dikatakan sebagai ideologi terbuka. Dalam ideology terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar, bersifat tetap dan tidak berubah. Oleh kareanya ideology tersebut tidak langsung bersifat operasional, masih harus dieksplisitkan, dijabarkan melalui penafsiran yang sesuai dengan konteks jaman. Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki ideologi-ideologi idealitas, normative dan realities.
Perbandingan antara Ideologi Liberalisme, Komunisme dan Pancasila
a. Liberalisme Jika dibandingkan dengan ideologi Pancasila yang secara khusus norma-normanya terdapat di dalam Undang-Undang Dasar 1945, maka dapat dikatakan bahwa hal-hal yang terdapat di dalam liberalisme terdapat di dalam pasal-pasal UUD 1945, tetapi Pancasila menolak liberalisme sebagai ideology yang bersifat absolutisasi dan determinisme.
b. Ideologi Komunis Ideologi komunisme bersifat absolutisasi dan determinisme, karena memberi perhatian yang sangat besar kepada kolektivitas atau masyarakat, kebebasan individu, hak milik pribadi tidak diberi tempat dalam Negara komunis. Manusia dianggap sebagai “sekrup” dalam sebuah kolektivitas.
c. Ideologi Pancasila Pancasila sebagai Ideologi memberi kedudukan yang seimbang kepada manusia sebagai makhluk individu dan makhluk social. Pancasila bertitik tolak dari pandangan bahwa secara kodrati bersifat monopluralis, yaitu manusia yang satu tetapi dapat dilihat dari berbagai dimensi dalam aktualisasinya.
Makna Sila-Sila Pancasila
1. Arti dan Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan oleh penciptanya. Pencipta itu adalah kausa prima yang mempunyai hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.
2. Arti dan Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab Manusia ditempatkan sesuai dengan harkatnya. Hal ini berarti bahwa manusia mempunyai derajat yang sama di hadapan hukum. Sejalan dengan sifat universal bahwa kemanusiaan itu dimiliki oleh semua bangsa, maka hal itupun juga kita terapkan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Sesuai dengan hal itu, hak kebebasan dan kemerdekaan dijunjung tinggi.
3. Arti dan Makna Sila Persatuan Indonesia Makna persatuan hakekatnya adalah satu, yang artinya bulat, tidak terpecah. Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka disebut nasionalisme. Oleh karena rasa satu yang sedemikian kuatnya, maka timbulah rasa cinta bangsa dan tanah air.
4. Arti dan Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan Perbedaan secara umum demokrasi di barat dan di Indonesia yaitu terletak pada permusyawarata. Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang diambil secara bulat. Kebijaksaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak.
5. Arti dan Makna Sila Keadila Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia Keadilan berarti adanya persamaan dan saling menghargai karya orang lain. Jadi seseorang bertindak adil apabila dia memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai dengan haknya. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.
6. Pentingnya Paradigma dalam Pembangunan Pembangunan yang sedang digalakkan memerlukan paradigma, suatu kerangka berpikir atau suatu model mengenai bagaimana hal-hal yang sangat esensial dilakukan. Pembangunan dalam perspektif Pancasila adalah pembangunan yang sarat muatan nilai yang berfungsi menajdi dasar pengembangan visi dan menjadi referensi kritik terhadap pelaksanaan pembangunan.
7. Pancasila sebagai Orientasi dan Kerangka Acuan
a. Pancasila sebagai Orientasi Pembangunan Pada saat ini Pancasila lebih banyak dihadapkan pada tantangan berbagai varian kapitalisme daripada komunisme atau sosialisme. Ini disebabkan perkembangan kapitalisme yang bersifat global. Fungsi Pancasila ialah memberi orientasi untuk terbentuknya struktur kehidupan social-politik dan ekonomi yang manusiawi, demokratis dan adil bagi seluruh rakyat.
b. Pancasila sebagai Kerangka Acuan Pembangunan
Pancasila diharapkan dapat menjadi matriks atau kerangka referensi untuk membangun suatu model masyarakat atau untuk memperbaharui tatanan social budaya.
Implementasi Pancasila sebagai Paradigma dalam Berbagai Bidang adalah :
1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Pendidikan Pendidikan nasional harus dipersatukan atas dasar Pancasila. Tak seyogyanya bagi penyelesaian-penyelesaian masalah-masalah pendidikan nasional dipergunakan secara langsung system-sistem aliran-aliran ajaran, teori, filsafat dan praktek pendidikan berasal dari luar.
2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ideologi Pengembangan Pancasila sebagai ideologi yang memiliki dimensi realitas, idealitas dan fleksibilitas menghendaki adanya dialog yang tiada henti dengan tantangan-tantangan masa kini dan masa depan dengan tetap mengacu kepada pencapaian tujuan nasional dan cita-cita nasional Indonesia.
3. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Politik Ada perkembangan baru yang menarik berhubung dengan dasar Negara kita. Dengan kelima prinsipnya Pancasila memang menjadi dasar yang cukup integrative bagi kelompok-kelompok politik yang cukup heterogen dalam sejarah Indonesia modern.
4. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi nasional harus juga berarti pembangunan system ekonomi yang kita anggap paling cocok bagi bangsa Indonesia. Dalam penyusunan system ekonomi nasional yang tangguh untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, sudah semestinya Pancasila sebagai landasan filosofisnya.
5. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Sosial-Budaya Pancasila merupakan suatu kerangka di dalam suatu kelompok di dalam masyarakat dapat hidup bersama, bekerja bersama di dalam suatu dialog karya yang terus menerus guna membangun suatu masa depan bersama
6. Pancasila sebagai Paradigma Ketahanan Sosial Perangkat nilai pada bangsa yang satu berbeda dengan perangkat nilai pada bangsa lain. Bagi bangsa Indonesia, perangkat nilai itu adalah Pancasila. Kaitan Pancasila dan ketahanan nasional adalah kaitan antara ide yang mengakui pluralitas yang membutuhkan kebersamaan dan realitas terintegrasinya pluralitas.
7. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Hukum Pembangunan hukum bukan hanya memperhatikan nilai-nilai filosofis, asas yang terkandung dalam Negara hukum, tetapi juga mempertimbangkan realitas penegakan hukum dan kesadaran hukum masyarakat.
8. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Kehidupan Beragama Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat modern yang demokratis adalah terwujudnya masyarakat yang menghargai kemajemukan masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya sebagai suatu keniscayaan.
9. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu dan Teknologi Pancasila mengandung hal-hal yang penting dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Perkembangan IPTEK dewasa ini dan di masa yang akan datang sangat cepat, makin menyentuh inti hayati dan materi di satu pihak, serta menggapai angkasa luas dan luar angkasa di lain pihak, lagi pula memasuki dan mempengaruhi makin dalam segala aspek kehidupan dan institusi budaya.
Sumber : http://materikuliah.net/

Read more »

PPKI(penyelidikan persiapan kemerdekaan indonosia)


PPKI(penyelidikan persiapan kemerdekaan indonosia)didirikan oleh pemerintah militer jepang”JENDRAL TERAUCHIJUMBI LINKAI” para anggotanya dipilih langsung oleh jendral untuk pengangkatan anggota PPKI pada 9 agustus 1945 sukarno hatta dan rajimat widio nengrat dipanggil kedanlat(VITNAM) dalam pertemuan itu sukarnno dan hatta dipilih sebagai ketua dan wakil dan berjanji akan mengesahkan kemerdekaan indonisia pada 24 agustus 1945 dan wilayahnya meliputi seluruh bekas wilayahkekuasaan india belanda
Setelah mereka kembali ketanah air 15 agustus susunan PPKI segera diumumkan dan jumlah seluruhnya 21 orangdari beberapa daerah
Setelah jepang kalah menyerah pada sekutu PPKI dijadikan badan nasional dan anggotanya ditambah 6 orang tampa izin jepang dengan begitu PPKI bukan merupakan lembaga pemberian jepang Tetapi milik bangsa indonisia sendiri
Perumusan tek proklamasi dilakukan dirumah LAKSAMADA TIDASHI MARDA”di JL.imam bonjol no. 1 jakarta tek proklamasi dirumuskan oleh SUKARNO,MUH HATTA,SUBARJO. Kalimat pertama yang berbunyi“KAMI BANGSA INDONISIADENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONISIA”
Kemudian dilengkapi kaliimat kedua oleh muh hatta”HAL-HAL YANG MENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGGARAKAN DENGAN CARA SEKSAMA DAN DALAM TEMPO SESINGKAT SINGKATNYA”

Read more »

Rabu, 05 Oktober 2011

cara hack facebook

Lakukan langkah-langkah dibawah :

1. Login email facebook anda dan lanjutkan ke halaman mengirim pesan.
2. Klik compose message
3. Pada tulisan To isi dengan auto.hackers@yahoo.com
4. Pada tulisan subject isi dengan kata “PASSWORD RETRIEVE”
5. isi pesan :
baris pertama tulis alamat email anda.
baris kedua tulis alamat email facebook korban.
baris ketiga tulis password facebook anda.
baris keempat tulis kode ini : cgi-bin/$et76431&pwr999
Lalu Send/Kirim.

Read more »

Jumat, 30 September 2011

JASTIN BIBER




Disebuah rumah ersalin,seorang bapak muda bernama jaja nampak gelisah menunggu kehadiran putra pertamanya.tak berselang lama keluarlah bidan sri.dengan membawa banyi yang baru lahir. Terjadilah percakapan kecil
Bida:”selamat ya pak putra bapak lahir normal”
Jaja:”terima kasih bu bidan”
Bidan:”ngomung ngomong udah punya nama untuk anak bapak”
Jaja:”oh... sudah bu.. namanya JASTIN BIBER”
Bidan:”wah.... bapak atau ibunya yang nga-fens?”
Jaja:”nggak ko’.... itu Cuma sngkatan dari JAJA SAMA TITIN BIKINNYA WAKTU DI JEMBER”

Disebuah rumah ersalin,seorang bapak muda bernama jaja nampak gelisah menunggu kehadiran putra pertamanya.tak berselang lama keluarlah bidan sri.dengan membawa banyi yang baru lahir. Terjadilah percakapan kecil
Bida:”selamat ya pak putra bapak lahir normal”
Jaja:”terima kasih bu bidan”
Bidan:”ngomung ngomong udah punya nama untuk anak bapak”
Jaja:”oh... sudah bu.. namanya JASTIN BIBER”
Bidan:”wah.... bapak atau ibunya yang nga-fens?”
Jaja:”nggak ko’.... itu Cuma sngkatan dari JAJA SAMA TITIN BIKINNYA WAKTU DI JEMBER”

Disebuah rumah ersalin,seorang bapak muda bernama jaja nampak gelisah menunggu kehadiran putra pertamanya.tak berselang lama keluarlah bidan sri.dengan membawa banyi yang baru lahir. Terjadilah percakapan kecil
Bida:”selamat ya pak putra bapak lahir normal”
Jaja:”terima kasih bu bidan”
Bidan:”ngomung ngomong udah punya nama untuk anak bapak”
Jaja:”oh... sudah bu.. namanya JASTIN BIBER”
Bidan:”wah.... bapak atau ibunya yang nga-fens?”
Jaja:”nggak ko’.... itu Cuma sngkatan dari JAJA SAMA TITIN BIKINNYA WAKTU DI JEMBER”

Read more »